Dee Lestari: Menulis sebagai Passion Diri

Juli 28, 2020





“Jalan kita mungkin berputar. Tapi suatu saat entah kapan, kita pasti punya kesempatan jadi diri sendiri- Perahu Kertas Dee Lestari”

Itulah salah satu ungkapan Penulis Dee Lestari yang tertuang dalam karyanya Perahu Kertas. Dee sendiri mengatakan bahwa baginya menulis adalah sebuah passion. Passion di sini dapat diartikan sebagai hasrat untuk melakukan apa yang kita suka. Setiap orang memiliki passion yang berbeda-beda. Boleh jadi passion yang ada berawal dari sebuah hobi seperti membaca, menulis, bermain musik, traveling, menggambar dan masih banyak lagi yang lainnya. 

Dee Lestari mengaku bahwa ia suka menulis sejak kecil. Di usia sembilan tahun ia bermimpi buku-buku karyanya terpajang di rak toko buku. Dee tidak hanya bermimpi belaka, ia berusaha untuk mewujudkannya. Dia mulai berlatih menulis, menulis, dan menulis. Akhirnya ia berhasil menjadi penulis yang karya-karyanya laris manis di pasaran. Hingga 15 tahun telah berkarya ia tetap komitmen dan konsisten untuk menelurkan karya-karya yang berkualitas. Hal tersebut dikarenakan passion menulis yang ada dalam dirinya.

Menulis merupakan proses mengamati, berpikir, mencipta, berefleksi dan kemudian menuliskannya.  (Dee)

Jadi, menulis membutuhkan kepekaan agar kita dapat menggali ide atau gagasan untuk dituangkan ke dalam sebuah tulisan. Seorang penulis yang baik  tidak hanya bisa sekadar menulis namun juga diperlukan sklill (kemampuan). Skill menulis tidak lahir secara alami begitu saja melainkan harus dilatih secara terus menerus. Memulai kegiatan menulis merupakan hal yang sulit bagi penulis pemula. Oleh karenanya jika ingin menjadi penulis hebat ya harus berani memulai menulis dahulu. Jangan berharap tulisan yang dihasilkan akan seindah tulisan puisi - puisi Sapardi Djoko Damono. Untuk sampai pada tahap itu ya harus berlatih secara konsisten.
Disini kuncinya adalah mau berlatih dan mau berusaha. Dee sendiri melatih kemampuan menulisnya dengan selalu mengamati hal-hal kecil di sekitarnya. Setiap benda di sekitar kita dapat menjadi inspirasi untuk tulisan. Sehelai tisu yang ada di tangannya  bisa menjadi cerita galau dipikiran Dee.

Semuanya hanya perlu mendapat sedikit sentuhan imajinasi dan kreativitas
(Dee)

Daripada bingung mau menulis apa, Dee menyarankan agar memulai untuk menulis apa yang kita tahu. Misalkan Dee sendiri suka kopi maka ia menulis cerita tentang kopi. Dee suka science maka ia menulis novel supernova. Hal-hal yang familier akan memudahkan untuk menulis. Disini yang terpenting ialah jujur, ikuti kata hati. Jangan pura-pura meniru tulisan yang tidak disukai hanya karena mereka populer. Tulislah sesuatu yang benar-benar disuka.

Dee Lestari lebih dulu dikenal masyarakat sebagai penyanyi di grup vokal bersama Rida Sita daripada penulis. Namun seperti yang Dee katakan sendiri bahwa jalan kita mungkin berputar tapi suatu saat entah kapan, kita pasti punya kesempatan untuk menjadi diri sendiri. 

Pada saat itu Dee memang dikenal sebagai penyanyi namun passion menulis dari kecil tetap ada dan mengalir dalam dirinya. Tidak banyak masyarakat yang tahu bahwa di sela-sela kesibukannya menyanyi, Dee tetap berlatih menulis dan menulis. Bahkan beberapa tulisannya dimuat di media.

Sejak mengeluarkan novel pertamanya Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang jatuh pada tahun 2001 ia mulai dikenal masyarakat sebagai penulis. Akhirnya mimpi Dee ketika berusia sembilan tahun “buku-buku karyanya terpajang di rak toko buku” telah menjadi kenyataan. Dee membuktikan bahwa dengan passion dan kerja keras apapun menjadi mungkin. Dee benar-benar bekerja keras untuk bisa menerbitkan Novel Supernova pertamanya itu. Meskipun banyak kendala yang harus dihadapi.

Setelah menerbitkan novel pertamanya, ia lalu menerbitkan novel-novel berikutnya seperti Perahu Kertas, Akar, Petir, Gelombang, . Hal tersebut adalah pencapaian yang luar biasa. Kemampuan menulis Dee sudah tidak diragukan lagi, beberapa kali ia meraih penghargaan bergengsi. Itu semua berkat passion menulisnya, berbagai kendala, rintangan, dan kejenuhan menulis bisa atasi olehnya. 

“Find your passion”.

Itulah kalimat yang selalu Dee utarakan dalam setiap kesempatan.


NB: Tulisan itu terisnpirasi sehabis Seminar Nasional Literasi bersama Dee di Universitas Negeri Semarang.

You Might Also Like

0 komentar